PERHATIAN !!!!!!

Wednesday, November 11, 2020

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF


PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF

A.    PENDAHULUAN 

1.      Latar Belakang 

Dalam penelitian, setiap peneliti pasti membutuhkan teori- teori yang berkaitan dengan objek yang akan dikaji dalam penelitinnya. Teori yang digunakan atau diperoleh oleh peneliti adalah teori yang sudah teruji kebenarannya atau dengan kata lain teori itu dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya dan dari sumber-sumber yang terpercaya. Adapun Penelitian biasanya diawali dengan ide-ide atau gagasan dan konsep-konsep yang dihubungkan satu sama lain melalui hipotesis tentang hubungan yang diharapkan. Ide-ide dan konsep-konsep untuk penelitian dapat bersumber dari gagasan peneliti sendiri dan dapat juga bersumber dari sejumlah kumpulan pengetahuan hasil kerja sebelumnya yang kita kenal juga sebagai literatur atau pustaka. Literatur atau bahan pustaka ini kemudian kita jadikan sebagai referensi atau landasan teoritis dalam penelitian. Penelusuran atau pencarian pustaka yang relevan seyogyanya juga dilakukan sebelum kegiatan atau pelaksanaan penelitian itu berjalan. Kepustakaan atau literatur yang dijadikan landasan dalam kajian teori ini akan memiliki arti dalam mempertimbangkan cakupan penelitian yang sedang dikerjakan. Studi kepustakaan ini juga memiliki peranan atau fungsi yang sangat penting. Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”. 

 

B.     PEMBAHASAN

1.      Dasar Teoritis Penelitian Kualitatif

Kajian penelitian kualitatif berawal dari kelompok ahli sosiologi pada tahun 1920-1930, yang memantapkan pentingnya penelitian kualitatif untuk mengkaji kelompok hidup manusia. Pada penelitian kualitatif, teori dibatasi pada pengertian: suatu penyataan sistematis yang yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali secara empiris. Orientasi atau perspektif teoritis adalah cara memandang dunia, asumsi yang dianut orang tentang suatu yang penting, dan apa yang membuat dunia bekerja. 

Pada dasarnya landasan teoritis dari penlitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada fenomolofi. Seorang peneliti yang mengadakan penelitian kualitatif biasanya beriorentasi pada teori yang sudah ada. 

a.      Fenomenologis

Pendekatan penelitian praktik interpretif memiliki sederet asumsi subjektif tentang hakikat pengalaman nyata dan tatanan sosial. Sosiologi fenomenologi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh Edmund Husserl dan Alfred Schultz. Yang utama dari pemikiran Husserl adalah bahwa ilmu pengetahuan selalu berpijak kepada (yang eksperiensial). Baginya, hubungan antarapersepsi dengan objekobjek pengalaman. Prinsip ini yang kemudian menjadi pijakan bagi setiap penelitian kualitatif tentang praktik dan perilaku yang membentuk realitas. Upaya Schultz sendiri merupakan kelanjutan dari upaya Husserl yakni mengkaji cara-cara anggota masyarakat menyusun dan membentuk ulang alam kehidupan sehari-hari. Schultz menekankan bahwa kesadaran dan interaksi bersifat saling membentuk. Ia mengatakan bahwa ilmu sosial semestinya memusatkan perhatian pada cara-cara dunia (kehidupan) yang diciptakan dan dialami oleh masyarakat. Perspektif subjektif merupakan satu-satunya jaminan yang perlu dipertahankan agar dunia realitas sosial tidak akan pernah digantikan oleh dunia fiktif. 

Subjektivitas adalah satu-satunya prinsip yang tidak boleh dilupakan ketika para peneliti sosial memaknai objek-objek sosial. Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bag orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka. Yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek subjektif dari perilaku orang. Mereka berusaha untuk masuk kedalam dunia konseptual para sunjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peritiwa dalam kehidupannya sehari-hari. 

Fenomenologi kadang-kadang digunakan sebagai persfektif filosofi dan juga digunakan sebagai pendekatan dalam metodelogi kualitatif. Fenomenologi merupakan pandangan berfikir yang menekankan pada fokus kepada pengalamanpengalaman subjektif manusia dan interpretasi –interpretasi manusia. 

Ada beberapa ciri pokok dari fenomenologi yang dilakukan oleh peneliti fenomenologis, yaitu: 

1)      Fenomenologis yang cenderung mempertentangkannya dengan ‘naturalisme’, yaitu yang disebut objektivisme dan positivisme yang telah berkembang sejak zaman Renaisans dalam ilmu pengetahuan modern dan teknologi. 

2)      Secara pasti, fenomenologis cenderung memastikan kognisi yang mengacu pada apa yang dinamakan oleh Husserl ‘Evidenz’ yang dalam hal ini merupakan kesadaran tentang sesuatu benda itu sendiri secara jelas dan berbeda dengan lainnya yang mencakupi sesuatu dari segi itu. 

3)      Fenomenologis cenderung percaya bahwa bukan hanya sesuatu benda yang ada dalam dunia alam dan budaya. Para fenomenolog berasumsi bahwa kesadaran bukanlah dibentuk karena kebetulan dan dibentuk oleh sesuatu hal yang lainnya daripada dirinya sendiri. Demikian juga dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak ada kontrol diri terhadap kesadaran terstruktur. Analisis fenomenologis berusaha mencari untuk menguraikan ciri-ciri dunianya seperti apa aturan-aturan yang terorganisasikan, dan apa yang tidak dan dengan aturan apa objek dan kejadian itu berkaitan.

 

b.      Interaksi simbolik

Bersamaan dengan perspektif fenomologis, pendekatan ini berasumsi bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh penafsiran. Objek, orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki pengertiannya sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan untuk mereka. Aliran ini menunjang dan mewarnai kegiatan penelitian kualitatif. Dasar pandangan atas interaksi simbolik adalah asumsi bahwa pengalaman manusia diperoleh lewat interpretasi. Obyek, situasi orang dan peristiwa tidak memiliki maknanya sendiri. Adanya dan terjadinya makna dari berbagai hal tersebut karena diberi berdasarkan interpretasi dari orang yang terlibat. Interpretasi bukanlah kerja otonom dan juga tidak ditentukan oleh suatu kekuatan khusus manusia ataupun yang lain.

Penafsiran bukanlah tindakan bebas dan bukan pula ditentukan oleh kekuatan manusia atau bukan. Orang-orang menafsirkan sesuatu dengan bantuan orang lain seperti orang-orang masa lalu, penulis, keluarga, pemeran di televisi dan pribadi-pribadi yang ditemuinya dalam latar tempat mereka bekerja atau bermain, namun orang lain tidak melakukannya untuk mereka. Melalui interaksi seseorang membentuk pengertian. Orang dalam situasi tertentu (misalnya mahasiswa dalam ruang kuliah tertentu) sering mengembangkan difinisi bersama (atau “perspektif bersama” dalam bahasa interaksi simbolik) karena mereka secara teratur berhubungan dan mengalami pengalaman bersama, masalah, dan latar belakang, tetapi kesepakatan tidak merupakan keharusan. Di pihak lain sebagian memegang “definisi kebersamaan” untuk menunjuk pada “kebenaran”, suatu pengertian yang senantiasa dapat disepakati. Hal itu dapat oleh orang yang melihat sesuatu dari sisi yang lain.

Bila bertindak atas dasar definisi tertentu, sesuatu barangkali tidak akan baik bagi seseorang. Biasanya pada orang seorang ada masalah, dan masalah itu dapat membentuk definisi baru, dapat meniadakan yang lama, dengan kata lain dapat berubah. Bagaimana definisi itu berubah atau berkembang merupakan pokok persoala yang diteliti. Dalam interaksi simbolik terdapat beberapa prinsip dalam menafsirkan prilaku manusia. Penganut interaksionis berasumsi bahwa analisis lengkap prilaku manusia akan mampu menangkap makna simbul dalam interaksi. Pakar sosiologi harus juga menangkap pola prilaku dan konsep diri. Konsep itu beragam dan kompleks, verbal dan non verbal, terkatakan dan tidak terkatakan.

Ada beberapa prinsip dari metodelogi yakni:

1)      Sosial dan interaksi itu menyatu. Tak cukup bila kita hanya merekam fakta, kita harus mencari yang lebih jauh, yaitu mencari konteks seningga dapat ditangkap simbul dan maknanya.

2)      Karena simbol dan makna itu tak lepas dari sikap pribadi, maka jati diri obyek dengan demikian menjadi penting.

3)      Peneliti harus sekaligus mengaitkan antara social dengan jati diri dengan lingkungan dan hubungan sosialnya. Konsep jati diri terkait dengan konsep sosiologik tentang struktur social dan lainnya.

4)      Hendaknya direkam stuasi yang menggambarkan social dan maknanya, bukan hanya merekam fakta sensual saja.

5)      Metode-metode yang digunakan hendaknya mampu mereflesikan bentuk prilaku dan prosesnya.

6)      Metode yang dipakai hendaknya mampu menangkap makna di balik interaksi. Kadangkala ada interaksi yang menunjuk tentang perbedaan hasil penelitian pada daerah kasus yang sama. Perlu dipertimbangkan bahwa banyak sekali kemungkinan terjadinya perbedaan hasil penelitian, karena memang obyek yang diobservasi berbeda , atau analisisnya berbeda, atau yang dipertanyakan berbeda.

7)      Sesitizing (yaitu sekedar mengarahkan pemikiran) itu yang cocok dengan interaksionisme simbolik dan ketika mulai memasuki lapangan perlu dirumuskan menjadi yang lebih operasional menjadi scientific concepts.

Bila prinsip ketujuh ini digunakan, nampaknya mengembangkan interaksionisme simbolik yang phenomologik akan mengarah ke pemikiran statistik kuantitatif.

 

c.       Etnometodologi

Etnometodologi bukanlah metode yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, melainkan menunjukkan pada mata pelajaran yang akan diteliti. Etnometodologi adalah studi tentang bagaimana individu menciptakan dan memahami kehidupan sehari-hari. Subjek etnometodologi bukanlah anggota suku-suku terasing, melainkan orang-orang dalam berbagai macam situasi pada masyarakat kita. Etnometodologi berusaha bagaimana orang-orang melihat, menerangkan, dan menguraikan keteraturan dunia tempat mereka. Sejumlah orang berpendidikan telah terpengaruhi oleh pendekatan ini. Pekerjaan mereka kadang-kadang sukar dipisahkan dari pekerjaan peneliti kualitatif lainnya. Mereka cenderung melakukan pekerjaan-pekerjaan tentang isu yang besifat mikro, dengan pengungkapan dan kosa kata khusus, dan dengan tindakan dengan rinci dan pengertian. Penelitian demikian menggunakan istilahistilah pengertian secara common sense, kehidupan sehari-hari, dan memperhitungkan.

Menurut pada etnometodolog, penelitian bukanlah merupakan usaha ilmiah yang unik, melainkan lebih merupakan penyelesaian praktis. Mereka menyarankan agar kita melihat secara hati-hati pada pengertian akal sehat tempat pengumpulan data itu dilakukan. Mereka mendorong peneliti untuk bekerja dengan cara kualitatif untuk lebih peka terhadap kebutuhan tertentu menurut mereka atau menangguhkan asumsi mereka tentang akal sehat, pandangan mereka sendiri, daripada mempertimbangkannya. Selain landasan teoretis tersebut di atas dalam penelitian kualitatif dimanfaatkan juga apa yang dinamakan pendekatan (approach). Pendekatan penelitian kualitatif merupakan cara berpikir umum tentang cara melakukan penelitian kualitatif.

 

2.      Perbedaan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif

Kualitatif merupakan sebuah penelitian yang menekankan analisis proses dari proses berfikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif tidak berarti tanpa menggunakan dukungan dari data kuantitatif, tetapi lebih ditekankan pada kedalaman berfikir formal dari peneliti dalam menjawab permasalahan yang dihadapi. Penelitian kualitatif bertujuan mengembangkan konsep sensitivitas pada masalah yang dihadapi, menerangkan realitas yang berkaitan dengan penelusuran teori dari bawah dan menerangkan pemahaman akan satu atau lebih dari fenomena yang dihadapi.

Penelitian kualitatif merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan dalam mengungkap permasalahan dalam kehidupan kerja organisasi pemerintah, swasta, kemasyarakatan, kepemudaan, perempuan, olahraga, seni dan budaya, sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan untuk dilaksanakan demi kesejahteraan bersama. Imam Gunawan menyimpulkan di dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan social, bukan mendeksripsikan bagian permukaan dari suatu realitas sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif dengan positivismenya. Penelitian menginterpretasikan bagaimana subjek memperoleh makna dari lingkungan sekeliling, dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku mereka. Penelitian dilakukan dalam latar yang alami bukan hasil perlakuan atau manipulasi variable yang dilibatkan.

Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya.

Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode kuantitatif sering juga disebut metode tradisional, positivistik, ilmiah/scientific dan metode discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut sebagai metode ilmiah (scientific) karena metode ini telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru.

Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value free). Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias itu maka penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya. 

Adapun perbedaannya sebagai berikut: 

NO

PENELITIAN KUALITATIF

PENELITIAN KUANTITATIF

1.

 

Mengonstruksi realitas sosial, makna budaya

Mengukur fakta yang objektif 

2.

Berfokus pada proses interpretasi dan peristiwa peristiwa

Terfokus pada variable-variabel 

 

3.

Keaslian merupakan kunci

Reliabilitas merupakan kunci 

 

4.

Nilai hadir dan nyata/tidak bebas nilai

Bersifat bebas nilai 

 

5.

Terikat pada situasi/terikat pada konsteks

Tidak tergantung pada konteks 

 

6.

Terdiri atas beberapa kasus atau subjek

Terdiri atas kasus atau subjek yang banyak 

7.

Bersifat analisis tematik

Menggunakan analisis statistic 

8.

Peneliti memihak

Peneliti tidak memihak 

 

 

 


No comments:

Post a Comment

ADSENSE IKLAN

PERHATIKAN IKLAN BERIKUT :

GABUNG SEGERA !!!!!

PAGE LEVEL ADS